
![]() |
@rochmans | |
ass..wr.wb.perkenankan saya dari orang yg bodoh ini untuk ikut forum ini.saya mengikuti ajaran tarikhat kodriyah wa naqsabandi..(tarikhat itu berarti jalan)sungguh orang yang beruntung itu orng yang mengetahui jalan(tarikahat)pulang.karna sesungguh nya untuk mencapai tingkat ma'rifatullah itu bukan hal yang mudah.andai kita memiliki harta sebanyak tujuh lapis b*mi itu takan pernah terbeli sekalipun..sebelum kita mencapai tinkat ma'rifat kita harus terlebih dahulu melawati :1.syareat 2.hakekat 3.ma'rifatullah. jika ingin mengenal alloh itu harus lebih dahulu mengenal diri sendiri..masalah yang saya ingin tanyakan bagai mana cara dapat menyalahkan diri sendiri,dan menghinakan diri sendiri..? |
||
3
Replies
1555
Views
0 Bookmarks
|
![]() |
@xram2 | 14 October 08 |
Waalaikumussalam. Betul begitu, tuk mencapai ma'rifat tdk mudah, mesti bersungguh2 dngan menjalani tareqat ahli shufi dengan bimbingan syeikh yg mukhlisin. Menyalahkan dan menghinakan diri sendiri dihadapan alloh lebih tepat adalah amalan orang khawas yg tingkat ma'rifatnya 'AINUL YAQIN. Sbb dalil yg digunakan adalah menilik diri, dan nyata pada aqal dan hatinya bhw diri itu lemah dan doif, maka tdk syak bhw yg menciptakan diri itu sudah pasti kuat, gagah perkasa dan maha mulia.
|
||
![]() |
@xram2 | 14 October 08 |
Selain rasul dan nabi2, kita yg awam ini musti menjalani dari ilmul yaqin, yakni mengenal dan mengetahui sesuatu dari menilik khobar(sekalian alam). Seperti, jika khobar yg kita terima dari org2 yg terpercaya yg pulang dr mekah mengatakan ka'bah itu segi empat misalnya. Tiap yg pulang dr sana mengatakan hal yg serupa. Tdk syak menerima aqal kita bhw itu benar walau kita tdk kesana sekalipun. Pd 'ainul yaqin sekira2 dia telah disana dan menyentuh ka'bah itu. Tapi ini cm hanya umpama tuk pemahaman.
|
||
![]() |
@xram2 | 14 October 08 |
Maka menyalahkan dan menghinakan diri itu mustilah sudah sampai pd mengenal hakikat diri itu apa, siapa, darimana dan mau kemana. Jika tdk sampai pd tahap ini,pasti ianya hanya sekedar khobar yg diterima melalui sheikh yg mengajarkan ilmu kpd kita. Tidak lebih, dari hanya mengenal melalui ilmu. Sedang org khawas, sudah melewati dan mengetahui hakikat diri itu apa, siapa, darimana, dan akan kemana. Sedikit syrik pd maqam ini, yakni adanya diri. Bhw diri itu yg menyembah, walau siryk disini khofi(halus).
|
||


