
![]() |
@xram2 | |
Alhamdulillah..alhamdulillahi robbil 'alamin, wassholatu wassalamu'ala asrofil anbiya'i wal mursalin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Amma ba'du... Bermula topic ini saya buat adalah untuk membahas apakah itu yg dinamakan ahlussunnah wal jama'ah, dari mana asalnya, dan bgmn yg dikatakan dgn itiqod ahlussunnah wal jama'ah ini. Oleh itu saya harapkan teman2 dan saudara2ku sekalian memberi referensinya yg berkaitan dgn ahlussunnah wal jamaah ini. Dan agar kita lebih tahu apa itu ahlussunnah wal jama'ah dan bisa untuk mengamalkannya. Sbb ahlussunnah wal jama'ah ini diakui sebagai satu2nya itiqod yg sohih dan tida satupun khalafiyah dalam hal ini. |
||
78
Replies
27043
Views
0 Bookmarks
|
Page #: 1/4 |
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Bermula pada sebuah hadist yg teramat sohih sbb hadist ini diucapkan rosul dihadapan sahabat yg ramai berkumpul pd saat itu. Itulah dimana sebelum wafatnya baginda rosul. Hadist itu artinya kira2 begini ''sepeninggalku kelak, ummatku akan terpecah2 menjadi 73 golongan, kesemuanya sesat kecuali satu gol saja''. Lalu para sahabat bertanya ''siapakah yg satu gol itu ya rasululloh? Jawab rasululloh: ''yg satu gol itu adalah yg ada aku dan sahabat2ku didalamnya''. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Maka dari jawaban rasululloh tersebut, para ulama mutakaddimin menyimpulkan kata aku disana berarti sunnah dan sahabat2ku diartikan jamak atau banyak. Maka diartikan kalimat aku dan sahabat2ku disana dgn arti AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH. Inilah asol dari kata ahlussunnah wal jama'ah tersebut. Lalu akan timbul pertanyaan, knp sohabat2ku ini diartikan jamak atau jama'ah? Mengapa tidak dimaknakan lurus saja seperti disebut dgn ahlussunnah wa ashabihi? Dan apa yg terjadi jika rasululloh tidak menambahkan kata sahabat2ku didalam hadist tersebut?
|
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Maka jika diartikan lurus saja seperti ''Ahlussunnah wa ashabihi atau wa sohabatihi, maka hukum islam akan terputus, sbb arti sohabat itu adalah org2 islam yg lansung berjumpa dengan rasululloh. Maka batallah para ulama baik yg mutakaddimin (rodiallohu anhu atau r.a) ataupun ulama mutakhirin (rohimallohu ta'ala) sebab para ulama ini tidak berjumpa dgn rasululloh. Juga jika tidak ditambah sohabat2ku disana maka jadilah ia ahlussunnah saja. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Dan pabila ahlussunnah saja, maka apa2 yg dikerjakan oleh para sahabat, tabi'in, tabi'ittabi'in dan para ulama yg tidak ada disunnahkan rasul menjadi batal. Dan kenyataan sekarang ini jika hanya ahlussunnah saja, maka dalam 1milyar umat islam belum tentu ada satu yg bisa melakukan yg sebenar-benar sunnah. Ambil 3 contoh perbuatan rasul 1. Rasululloh selalu puasa senin kemis dan jika makan hanya dgn sebutir kurma. 2. Rasululloh seorang dermawan, hingga diceritakan, harta benda yg ada didalam rumah rasul hanyalah periuk dan sajadah. 3. Rasululloh hanya tidur 1/3 malam dan selebihnya digunakan untuk beribadah.
|
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Dari ke 3 sunnah rasul itu saja, sudah sulit untuk dilakukan belum disebutkan yg lain dari akhlak beliau yg sangat terpuji. Maka patut disyukuri bahwa baginda rasululloh menambahkan kalimat ''para sahabatku'' dalam hadist tersebut. Sbb jika tidak, maka sudah pasti org seperti saya termasuk dalam golongan yg sesat, dikarenakan tidak dapat mengikuti dgn baik segala yg disunnahkan rasul tersebut.
|
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Dikarenakan kata para sahabatku inilah maka para ulama sepakat bahwa ianya menjadi dasar hukum selain dari tentunya al qur'an dan hadist (sunnah). Para ulama sepakat bahwa dalam i'tiqod ahlussunnah wal jama'ah memakai 4 dasar hukum yakni :QUR'AN, HADIST, IJMA ULAMA, dan QIYAS. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Bermula yg dimaksudkan dgn 72 golongan yg sesat itu berada didalam islam bukan diluar islam. Para ulama menyimpulkan dgn kata ummatku menunjukkan gol yg sesat itu islam pada johirnya. Yakni mereka mengucap dua kalimah syahadat, mereka sholat, mereka puasa, mereka jg zakat dan menunaikan hajji kebaitulloh. Lalu apanya yg sesat? Yg sesat adalah i'tiqodnya, atau pegangan hati. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Bermula i'tiqod sesat ini pada zaman akhir dari tabi'ittabi'in. Dalam zaman islam disebutkan, 100 th pertama (100h-200h) dinamakan zaman kerasulan. 100 th kedua (200hj-300hj) dinamakan zaman sohabat, 100th abad ketiga (300hjr-400hjr) dinamakan zaman tabi'in yakni org2 yg berjumpa dgn sohabat. 100th abad keempat (400hj-500hj) dinamakan zaman tabi' tabi'in yakni org2 yg berjumpa dgn org2 yg berjumpa sahabat. Baru ditahun 600 hijriah lah baru ada yg namanya ulama yakni ulama mutakaddimin yg selalu disebut dgn rodiallohu anhu. Dan th 700hj dengan ulama mutaakhirin dan biasa disebut rohimallohu ta'ala.
|
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Mulai dari zaman sohabat hingga ke zaman tabi'tabiin ini dasar hukum mereka hanya qur'an dan hadist yg diterima melalui khobar mutawatir dan tidak membutuhkan uraian2 pada aqal mereka sbb mereka mengambil pada dalil ''pada dirimu tidakkah kamu tilik''. Dan juga kata rasululloh tentang 500 org umat pilihan akhir zaman yg bisa dikatakan berkumpul dalam satu negri. Tentu bisa dibayangkan bahwa zaman itu adalah zaman dimana islam begitu murni dan bersih. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Namun sunatul alam tetap berlaku, yg muda bakal menjadi tua, yg kuat akan menjadi lemah. Demikian pula dgn agama islam, yg awalnya lurus mulai diselewengkan. Khobar2 yg semula mutawatir menjadi tidak mutawatir lagi. Dan itu memang sudah jamak pabila yg namanya khobar yg penyampaiannya dari mulut kemulut itu selalu ditambah2 atau dikurang2i. Hal ini terjadi diakhir zaman tabi'tabi'in ini. Khobar2 yg sudah tidak mutawatir ini akhirnya menimbulkan berbagai i'tiqod. Pada masa ini mereka memproklamirkan itiqod mereka. |
||
![]() |
@xram2 | 15 February 09 |
Maka bermunculanlah itiqod2 seperti muktazilah, qodoriah, jabariah, mujassimah, falsafah dll yg tercakup dalam 72 golongan tersebut. Namun yg paling myashur ketika itu adalah muktazilah, qodoriah, dan jabariah, sedangkan yg lainnya merupakan cabang atau pecahan dari ketiga i'tiqod ini. Maksudnya dari yg 3 ini masing2 terpecah menjadi 2 yg menjadi 6 golongan. Dari 6 gol ini masing2 terpecah menjadi 12 golongan yg jumlahnya menjadi 72 golongan. Dan dari ke 3 itiqod yg sesat ini pula yg melahirkan 9 aliran tasawuf yg sesat, yakni masing2nya terpecah dalam 3 bagian.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Itiqod2 yg sesat ini berkembang dgn pesat seiring perkembangan islam itu sendiri. Apalagi itiqod muktazilah yg segalanya dilandaskan pencernaan aqal atau yg disebut logika. Sehingga mereka memaknakan ayat2 al qur'an dan hadist menuruti aqal saja. Dan juga dikarenakan khobar yg disampaikan seperti hadist sudah bnyak yg tidak mutawatir lagi sbb ditambah-tambah atau dikurang-kurangi, maka pemahaman agama pun jadi menyeleweng dari kebenaran.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Dimasa inilah kemudian datangnya ulama yg disebut ulama mutakaddimin. Dalam ilmu tauhid ada 2 imam yaitu imam abuhasan al asyari dan muridnya imam abumansyur al matridi. Maka setiap ulama tauhid mestilah merujuk kpd kedua imam tersebut. Dalam ilmu tasawuf ada 2 imam juga, yakni imam junaid al baghdadi dan iman abu khosym khusaeri. Dalam ilmu fiqih sebenarnya ada 10 imam atau mazhab yg diakui, tetapi hanya 4 imam saja yg meninggalkan kitab yakni imam syafi'i, imam hambali, imam malik, imam hanafi.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Maka ulama2 mushonnif lainnya mestilah merujuk kpd mereka. Ulama mutaakhirin kemudiannya menyempurnakan dan menguraikan apa2 yg ditulis oleh ulama mutakaddimin. Dalam hukum sebenarnya yg namanya ulama sudah terhenti pada zaman ulama mutaakhirin ini. Dikarenakan hukum sudah lengkap. Yg tinggal sekarang ini adalah pensyarah, mubaligh, da'i dsb. Dan untuk menentukan hukum bagi sesuatu benda atau perbuatan yg dulunya tdk ada tapi sekarang ada, maka dipergunakanlah QIYAS yakni perumpamaan hukum atau persamaan dasar hukum dari suatu hukum yg sudah ada. Jadi bukan menambah hukum, tetapi mengqiyaskan hukum.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Sebelum kita menguraikan bagaimana yg dimaksudkan ahlussunnah wal jama'ah ini dan mengenal bagaimana pula itiqod yg sesat. Saya mohon, ditopic ini jangan sampai kita berdebat, jika ada post yg salah sama2 kita betulkan. Dan bagi saudara2ku yg belum paham akan suatu maksud dari uraian ini nantinya, dapat ditanyakan baik2. Dan juga saya anjurkan agar lebih mudah menangkap arti dari ahlussunnah waljama'ah, terlebih dahulu lebih baik mempelajari tauhid ijmal dari kang awam. |
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Sebab ahlussunnah wal jama'ah ini adalah itiqod yg pastinya adalah tauhid dan bukan merupakan perkumpulan atau mazhab. Untuk saudara2ku yg bisa memodif jangan segan untuk mengedit tulisan saya, apalagi terus terang saya kurang paham menuliskan huruf2 hijaiyah kedalam hurup latin.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Mengetahui akan i'tiqod ahlussunnah wal jama'ah adalah fardhu a'in. Dan tidak bisa tidak kita jg mesti mengetahui i'tiqod yg sesat agar kita dapat senantiasa muraqobah. Karena yg namanya orang awam seperti kita yg masih diliputi oleh yg namanya mu'allibal qulub yakni hati yg senantiasa berbolak balik. Yg artinya dalam sehari semalam kita selalu berkutat dalam itiqod yg 73 ini. Bahkan kadang2 silih berganti dalam hitungan menit. Maka untuk itu akan kita bahas terlebih dahulu apa dan bagaimana itiqod yg sesat ini. Dalam hal ini saya khususkan pada tiga itiqod yakni muktazilah, qodoriah dan jabariah.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
I'TIQOD MUKTAZILAH. Bermula yg namanya itiqod muktazilah ini selalunya mencerna dan mempahamkan segala sesuatunya menurut aqal belaka. Atau yg istilahnya hal yg logis belaka. Maka hal yg tdk dapat diterima oleh aqalnya, secara mutlak akan ditolaknya. Dalam memaknakan ayat2 qur'an atau hadist hanya dgn penalaran aqal dan nafsu. Dan bisa dikatakan itiqod muktazilah ini tdk mengikut kpd ijma ulama dan qiyas. Dalam masalah takdir, itiqod muktazilah ini kurang dan bahkan tidak percaya. Bagi muktazilah ini apa2 yg didapatnya adalah atas hasil usahanya sendiri.
|
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Ada satu riwayat dari imam hanafi yg menghujjah gurunya yg seorang muktazilah. Kala itu imam hanafi sudah menyadari bahwa itiqod muktazilah itu adalah itiqod yg sesat. Suatu hari ketika si guru menerangkan kaji, sang guru berkata ''alloh ta'ala berbuat baik dan yg terlebih baik''. Maka hanafi pun mulai menghujjah dgn bertanya ''ya tuan, bgmnkah balasan bagi 3org bersaudara, yg sulung mati dalam beramal soleh, yg tengah mati dalam maksiat dan yg bu*ngsu mati kecil?''. Menjawab si guru ''sudah jelas, yg mati soleh mendapat surga, yg mati maksiat mendapat balasan neraka, dan yg mati kecil juga mendapat balasan surga''. |
||
![]() |
@xram2 | 16 February 09 |
Dari jawaban siguru tersebutlah yg menunjukkan itiqodnya salah. Sebab dari jawaban begitu sudah pasti mendatangkan pertanyaan lagi yg akhirnya sama sekali tidak akan mampu untuk dijawabnya. Jika seorang ahlussunnah wal jama'ah yg menjawab, maka jawabannya akan berbunyi ''menurut hukum syara' yg mati soleh masuk surga dst. Intinya adalah penekanan dari kata ''menurut hukum syara'' dan bukan menurut aqal sehingga pertanyaan lain tdk ada dan sekiranya adapun tetap akan terjawab. |
||


